Minggu, 12 April 2015

APA ITU BULLYING ?

BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Banyaknya kasus bullying saat ini sering kali siswa menjadi korban atau pelaku bullying. Bullying adalah bentuk tindakan mengganggu orang lain baik secara fisik, verbal, maupun emosional kepada orang atau sekolompok orang  yang dianggap lebih lemah. Penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat merupakan suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat menckup pelecehan secara llisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu.
 Sebenarnya bullying tidak hanya meliputi kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak, menampar, memalak, dll, tetapi juga dapat berbentuk kekerasan verbal, seperti memaki, mengejek, menggosip, dan berbentuk kekerasan psikologis, seperti mengintimidasi, mengucilkan, mendiskriminasikan. Berdasarkan sebuah survei terhadap perlakuan bullying, sebagian besar korban melaporkan bahwa mereka menerima perlakuan pelecehan secara psikologis (diremehkan). Kekerasan secara fisik, seperti didorong, dipukul, dan ditempeleng lebih umum di kalangan remaja pria.
Dibandingkan anak-anak lain pada umumnya, anak-anak yang menjadi korban bullying menyatakan merasa kesepian dan kesulitan berkawan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian bullying?
2.      Berbagai jenis-jenis bullying?
3.      Apa dampak yang terjadi pada siswa yang menjadi korban bullying?
4.      Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi bullying?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian bullying.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis bullying.
3.      Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat bullying.
4.      Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi bullying.


BAB II
PEMBAHASAN

1.   Pengertian Bullying
Bullying berasal dari kata “bully”, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Bullying adalah suatu tindakan menggertak atau mengganggu orang yang lebih lemah. Bullying pada hakikatnya adalah “ tindakan menggunakan kekuatan ataupun kekuasaan, untuk melukai seseorang maupun kelompok, secara fisik, mental, serta verbal, sehingga menyebabkan korbanya merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya”.
Bagi para pelaku maupun korban bullying, pengalaman mereka dalam pengasuhan berkaitan dengan interaksi dengan kawan-kawan sebaya. Pelaku utama adalah pihak yang merasa lebih berkuasa dan berinisiatif melakukan tindak kekerasan baik secara fisik maupun psikologis terhadap korban. Selain gangguan fisik,korban bullying juga akan mengalami gangguan psikis,berupa stres,karena bullying biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Aspek bullying yang paling merusak adalah pengulangannya. Pengganggu sering melakukannya tanpa henti, mengintimidasi berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Korban dapat hidup dalam ketakutan terus-menerus mengingat-ingat di mana dan kapan si pengganggu akan menyerang selanjutnya, apa yang akan mereka lakukan, dan seberapa jauh mereka akan melakukannya.
Biasanya anak laki-laki sering melakukan bullying menggunakan ancaman fisik dan tindakan, sedangkan anak perempuan lebih mungkin terlibat dalam lisan atau bullying dalam hubungan. Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini menemukan bahwa korban bullying memiliki orang tua yang gemar mencampuri, menuntut, cemas dan terlalu melindungi terhadap anak-anaknya. Relasi orang tua dan anak-anak sangat dekat, berkaitan dengan tingginya menjadi korban bullying pada anak laki-laki. Kedekatan yang kuat tersebut mendorong timbulnya sikap ragu-ragu dan khawatir yang diangggap sebagai kelemahan dalam kelompok kawan laki-laki. Sementara orang tua pelaku bullying cenderung menolak, otoritarian, atau permisif terhadap agresivitas yang ditampilkan oleh anak laki-lakinya.

2.   Jenis-jenis Bullying
Secara garis besar bullying dikategorikan menjadi beberapa jenis antara lain;
           1)   Bullying Fisik
Bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku bullying dan korban, seperti memukul, menendang, meludahi, mendorong, menjambak, menampar dan lain-lain.
2)      Bullying Verbal
Bullying yang menggunakan bahasa-bahasa berniat untuk mengejek, menghina, memfitnah, menyakiti hati seseorang.
3)      Bullying Non Verbal
a.       Langsung
Misalnya : memandang secara sinis, menibir, menampakkan ekspresi wajah menghina atau merendahkan, dan lain-lain.
b.      Tidak langsung
Misalnya : tak memedulikan, menyikapi dengan cuek, mendiamkan, mengabaikan, mengucilkan, menelantarkan, mengirimi surat-kaleng, menakut-nakuti atau mengancam si korban dengan mengirim gambar, suara dan lain-lain.
4)      Bullying Relasi Sosial
Bullying yang bermaksud untuk membuat orang lain dikucilkan di hubungan sosial seperti menjatuhkan harga diri dan mengabaikan si korban.

3. Dampak dari bullying
Dampak yang diderita oleh korban bullying dapat berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka panjng. Dalam jangka pendek, mereka dapat menjadi depresi, kehilangan minat untuk menyelesaikan tugas sekolah. Berdasarkan hasil survei terhadap anak-anak berusia 9 hingga 12 tahun, ditemukan bahwa korban bullyng lebih banyak mengalami sakit kepala, gangguan tidur, sakit perut, kelelahan, dan depresi, dibandingkan anak-anak lainnya. (Fekkes, 2004).
Akibat mendapat perlakuan ini,korban pun memiliki rasa dendam,untuk suatu ketika akan mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak mungkin korban bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya,yaitu guna mendapat kepuasan dengan cara membalas dendam.Ada proses belajar yang sudah ia jalani, dan ada dendam yang tak terselesaikan.siswa korban “bullying” akan mengalami permasalahan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Iklim sekolah dapat berperan penting bagi timbulnya perilaku bullying. Iklim sekolah dimana orang dewaa dan anak-anak membiarkan perilaku bullying terjadi, akan mengembangkan perilaku bullying. Sebuah studi mengungkapkan bahwa sekolah yang memiliki standar akademis yang tinggi, keterlibatan orang tua yang tinggi, dan disiplin yang efektif, cenderung memerlihatkan perliaku bullying yang lebih sedikit (Ma, 2002).

4.   Mengurangi Bullying
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mengurangi bullying menrut Cohn & Canter, 2003; Limber 1997, 2004) antara lain:
a)      Melibatkan kawan sebaya yang lebih tua untuk mengawasi bullying dan ikut campur tangan ketika peristiwa itu terjadi.
b)      Membuat peraturan sekolah dan sanksi terhadap bullying dan ditempelkan di seluruh penjuru sekolah.
c)      Membentuk kelompok sahabat-sahabat bagi remaja- remaja yang sering menjadi korban bullying.
d)     Memasukkan pesan program anti-bullying di tempat ibadah, sekolah, dan aktivitas komunitas yang melibatkan anak dan remaja.
e)      Mendorong para orang tua untuk memaksa anak-anaknya mengembangkan perilaku positif dan mencontoh interaksi interpersonal yang sesuai.
f)       Mengidentifikasi para pelaku bullying dan korbannya, serta menggunakan pelatihan keterampilan sosial untuk memerbaiki perilaku mereka.
g)      Mendorong orang tua untuk menghubungi psikolog, konselor, atau pekerja sosial di sekola dan meminta bantuan ketika anak mereka menjadi pelaku atau korban bullying.
h)      Lebih terlibat dalam program sekolah untuk memerangi bullying.
i)        Mendorong perilaku positif pada anak-anak dan memberikan model berinteraksi yang tidak melibatkan bullying atau agresi.

  
BAB III
PENUTUP

1.   Kesimpulan
            Bullying merupakan perilaku verbal maupun fisik yang dapat mengganggu kesehatan fisik maupun psikologis korban atau biasanya yang menjadi sasaran adalah anak lemah sehingga menjadi korban penindasan. Pelaku bullying biasanya adalah orang yang lebih kuat dan berkuasa sehingga merasa pantas melakukan penindasan terhadap yang lemah. Salah satu jenis bullying yang sering terjadi adalah bullying dalam bentuk verbal yaitu meremehkan, mengejek dan menghina orang yang dianggap kurang kuat.
            Dampak dari perilaku bullying ini tentu merugikan korban. Misal trauma dan depresi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Korban dapat melakukan balas dendam terhadap orang lain yang dianggapnya lebih lemah dari dia. Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah akan dapat mengurangi munculnya perilaku membully terhadap orang lain.

2. Daftar Pustaka
-  John W. Santrock. 2007. Remaja. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta

Kamis, 02 April 2015

Guilty Pleasure

             Kemarin gue abis kumpul sama teman-teman gue, nah  gue sama temen-temen gue bahas banyak hal sampe kita bahas tentang band karena waktu itu kita lagi sambil nonton infotainment gosip tentang band. Temen gue bilang gak suka sama kangen band karena bandnya norak, kampungan, dandanan personelnya alay-alay dan lagunya juga gak banget katanya. Temen gue yang lain juga bilang begitu gak suka sama band itu karena norak dan kampungan.

             Pas lagi asik ngobrol-ngobrol gue pinjem hp temen gue, gue mau nyalain musik, gue liat playlist di MP3 player. dan gue nemu lagu-lagu kangen band di hpnya. Lagu galau semua. Dan akhirnya gue tau temen gue ini lagi guilty pleasure. Nah apa sih guilty pleasure itu pep?

 Guilty pleasure itu adalah perasaan senang / suka terhadap sesuatu yang menurut orang lain itu   norak dan kampungan sehingga kita ikut-ikutan bilang gak suka di depan orang lain padahal di belakang kalo lagi sendiri kita sering mainin.

            Gue pernah ngalamin ini jadi gue bilang kalo gue gak suka lagu dangdut, lagu dangdut tuh norak, lagunya buat orang tua, kampungan, gak anak muda banget. Tapi di rumah gue kadang nonton acara D'Academy, suara kontestannya bagus-bagus bikin lagunya enak didenger hahaa :p

           Temen gue juga bilang gak suka Jengkol sama Pete, kalian taulah pasti kalo ngomong doyan pete sama jengkol langsung diketawain dan pasti langsung kena bully, akhirnya dia bilang gak suka pete sama jengkol padahal aslinya di rumahnya kalo ada pete sama jengkol langsung sikat habis hahaa :p

          Gimana guys, lo udah dapat gambaran dari guilty pleasure belum dari yang gue ceritain di atas. Gak usah takut diketawain kalo lo emang suka sama suatu hal nanti malah dibilang munafik kan malah bikin sakit hati. Sekian dari gue kali ini. Keep writing and be your self. Salam poni gorden :p